Bitcoin merupakan mata uang digital berbasis kripto yang telah lama digunakan oleh para pengguna internet untuk kebutuhan transaksi digital. Saat ini, nilai dari satu bitcoin sendiri memiliki angka fantastis, yakni sekitar 600 jutaan. Yang menariknya lagi, meski mata uang yang satu ini digadang-gadang merupakan produk spekulan, nyatanya orang-orang justru semakin banyak yang berani mempertaruhkan uangnya didalam mata uang tersebut, ya, Elon Musk contohnya.
Elon Musk dikenal sebagai tokoh yang mempopulerkan teknologi ramah lingkungan, terutama dengan mobil listrik Tesla. Namun aksi Tesla memborong bitcoin senilai USD 1,5 miliar membuat Musk jadi sasaran kritikan. Mengapa?
Dasarnya, dikarenakan pembelian bitcoin tersebut, harganya kian melonjak dan semakin diburu oleh para trader. Meski situasi ini dikhawatirkan membuat penggunaan listrik semakin boros, sebab mata uang digital tersebut ditambang menggunakan komputer diseluruh dunia.
Elon Musk menodai misi ramah lingkungan
Dengan mempromosikan bitcoin, Elon Musk dan Tesla justru seakan menodai misi mereka dalam mempromosikan energi bersih.
“Kami tentu saja sangat cemas soal level emisi karbondioksida yang dihasilkan penambangan bitcoin,” kata Ben Dear, CEO Osmosis Investment Management yang menjadi salah satu pemegang saham Tesla.
Nyatanya, Energi listrik sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara. Prosesnya pun menghasilkan banyak polusi. Dengan semakin maraknya aktivitas penambangan, hal yang wajar jika konsumsi listrik semakin boros. Produksi bitcoin sendiri, diperkirakan menghasilkan antara 22 sampai 22,9 juta metrik ton emisi karbondioksida setiap tahun berdasarkan studi tahun 2019 oleh jurnal ilimah Joule. Itu setara dengan emisi yang dihasilkan Yordania dan Sri Lanka.
Ben berharap, Tesla lebih transparan lagi dalam hal menangani investasi bitcoin yang ia lakukan. “Jika mereka terus membeli atau mulai menambang bitcoin, mereka perlu memasukkan data konsumsi energi yang relevan,” sebutnya.
Memang bisa jadi Musk dan Tesla akan mempromosikan penambangan bitcoin yang lebih ramah lingkungan. Akan tetapi dalam jangka pendek, penambangan bitcoin tentu masih akan menggunakan metode lama. Pakar yang optimis yakin Musk akan punya solusi. “Saya pikir akan ada usaha konkret dari industri bitcoin untuk lebih ramah lingkungan. Tesla adalah salah satu perusahaan paling hijau di planet ini, jadi saya yakin mereka akan menemukan caranya,” kata SJ Oh, pendiri perusahaan bitcoin ramah lingkungan.
Late to the party
Meski Elon ‘ketinggalan pesta’, setidaknya ia datang diwaktu yang tepat—waktu dimana bitcoin sempat datang ditengah keragu-raguan, hadirnya Elon Musk, tentunya membuat para trader dan komunitas menjadi semakin semangat lagi untuk membangun sebuah sistem yang desentralisasi.
“Jika ada orang biasa memutuskan untuk menaruh uangnya ke bitcoin, saya pikir tidak akan ditanggapi dengan serius. Namun, ketika orang terkaya di dunia melakukanya, orang-orang akan memperhatikannya,” kata Thomas Hayes, pengamat dari Great Hill Capital.
Tesla menyebut pembelian bitcoin sebagai salah satu metode diversifikasi aset mereka. Bahkan tak menutup kemungkinan nantinya mobil Tesla dapat dibeli dengan menggunakan mata uang digital tersebut. Lebih lanjut, Tesla saat ini merupakan produsen otomotif dengan valuasi tertinggi di dunia. Langkah Tesla mengadopsi bitcoin bisa jadi akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya.
Elon Musk sendiri dikenal sebagai penggemar bitcoin. Beberapa waktu silam, ia menambahkan hashtag #bitcoin dalam profil Twitter sebelum dihapus. Namun, ia terus membicarakan bitcoin dan mata uang digital lain seperti dogecoin, yang kemudian juga membuat harganya semakin melonjak.
Beberapa tahun silam, Musk bahkan sempat dicurigai sebagai pencipta bitcoin. Sampai sekarang, hanya diketahui bahwa pencetusnya bernama Satoshi Nakamoto, meski hingga saat ini tidak diketahui identitas atau orang aslinya.
“Tidak benar. Seorang teman pernah mengirimkan Bitcoin beberapa tahun lalu, tapi saya lupa di mana Bitcoin-nya,” kata Elon Musk menanggapi rumor tersebut ketika itu.