Salah satu hal yang menarik dari hidup adalah jika biasanya orang tidak memiliki modal, namun ingin membuka usaha / bisnis, ada juga orang yang punya modal namun ia sendiri bingung mau membuka bisnis apa. Alhasil, karena terlalu lama dipikirkan pada akhirnya uangnya habis begitu saja, bingung ingin bergerak ke arah yang mana. Kondisi ini umumnya terjadi, jika orang tersebut sebelumnya pernah memiliki usaha, namun gagal dan kebingungan sendiri mengapa ia gagal?!
Memang benar, modal tidak menjadi tolok ukur untuk membangun sebuah usaha. Akan tetapi, bisnis yang dibangun dengan mempersiapkan modal, biasanya akan terhindar dari segala macam pinjaman, terhindar dari penggunaan cost recovery (biaya cadangan) yang berasal dari kantong utama ataupun tumpang tindih pemikiran jika usaha tersebut dibangun secara bersama-sama. Mengapa tiga hal tersebut saling berkaitan?
Memilah Modal Mesti Realistis
Pertama, seseorang yang membangun sebuah usaha dengan mempersiapkan modal terlebih dahulu, biasanya cenderung lebih berani dalam hal bertindak. Beda halnya jika hanya mempersiapkan modal nekat, ada uang seadanya, ilmu seadanya, ujungnya…
Kedua, mencari pinjaman. Memang tidak ada yang salah dengan metode pinjaman. Justru yang menjadi kesalahan adalah ketika Anda berhasil mendapat pinjaman, Anda tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Pinjaman, baik sifatnya yang berbunga ataupun tidak, sebenarnya Anda hanya membeli waktu. Sementara jika Anda tidak dapat ‘membeli waktu’ tersebut, bukan tidak mungkin pinjaman tersebut pada akhirnya menjadi sia-sia.
Yang ketiga, biaya cadangan yang mengambil dari kantong utama. Ini sebenarnya tidak bagus untuk dilakukan, alasannya sederhana, definisi kantong utama yang saya maksud adalah ini merupakan dana yang sebenarnya diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti biaya makan, bensin ataupun kebutuhan rutin lainnya.
Teorinya, jika usaha sedang kekurangan modal, sementara dari keuntungan saja justru pertumbuhannya minus. Hal ini biasanya akan berujung pada penggunaan kantong utama. Padahal, cara ini sebenarnya salah. Anda sebenarnya tidak perlu mengorbankan uang pribadi Anda, cukup dikurangi saja dari modal biasanya. Jika dalam sekali belanja, Anda biasa menghabiskan 5 juta misalnya, dikarenakan usaha sedang sepi, lebih baik belanjakan saja 4-4,5 juta, ketimbang nekat membelanjakan modal seperti biasa.
Membangun Usaha Lewat Hobi
Pernahkah terlintas dipikiran Anda, bahwa usaha (Anda) yang gagal, merupakan usaha yang bukan hobi Anda? jika memang benar demikian, mungkin kedepannya cobalah membuka usaha yang sesuai dengan hobi Anda. Apa sebab?
Biasanya, seseorang yang menjalani suatu hal yang ia sukai, mereka cenderung tidak memperdulikan bayang-bayang resiko. Bahkan sekalipun yang mereka kerjakan, tidak memberikan hasil yang maksimal. Saya sendiri, kebetulan merupakan seseorang yang hobinya bermain didepan laptop. Berhubung sedikit paham tentang teknologi dan dasar-dasarnya, oleh sebab itu saya membuka usaha yang berkaitan dengan hal tsb.
Saya sendiri beberapa kali ditawari oleh teman-teman untuk berinvestasi ataupun mengikuti jejak mereka. Namun apa daya, bukan karena saya tidak memiliki modal, melainkan lebih kearah TUJUAN YANG TIDAK SAMA. Hal apa yang terjadi, jika sebuah tujuan tidak berakhir sama?
Iya, jawabannya berantakan. Arahnya tidak jelas. Prinsip-prinsipnya mulai dilanggar dan yang paling fatal, mirip seperti seseorang yang tidak bisa jalan, meski ia punya kaki.
Jadi kesimpulannya, akan lebih baik jika Anda membuka usaha dengan hobi yang Anda suka, ini dikarenakan, sekalipun Anda gagal—hobi Anda berarti mahal.
Tidak Ikut-ikutan
Usaha yang bagus adalah usaha yang memiliki prospek, bukan justru malah di ‘Ospek’
Di Indonesia, sudah terjadi beberapa kali fenomena usaha ikut-ikutan. Ini sebenarnya berbahaya dan menurut saya pribadi, jatuhnya lebih kearah judi. Kenapa saya bilang judi, bukan justru spekulasi?
Jika Anda bermain judi, Anda akan mendapat hasil dalam waktu yang singkat, menang atau kalah. Beda halnya dengan spekulasi. Spekulasi, lebih cenderung kepada pertimbangan dengan menghitung faktor-faktor apa saja yang Anda sendiri sebenarnya masih ragu. Bukan karena Anda tidak tau menang atau kalah, justru ketika berspekulasi, Anda akan lebih sering mempertimbangkan kemungkinan terburuk—hal ini justru bagus, jadi Anda lebih mempersiapkan diri.
Di Indonesia, beberapa usaha seperti : Capuccino Cincau, Es kepal milo, Tahu bulat/pedas, dalgona, salad buah, shilin, jamur krispi, dsb… ini jatuhnya judi. Bukan karena kategori makanannya yang disebut judi, justru karena yang Anda lakukan dan Anda sendiri tidak tau ilmunya (ikut-ikutan), itulah mengapa saya sebut judi.
Anda hobi bola, sementara teman Anda hobi basket. Kira-kira, kalau Anda ditanya Barcelona melawan Madrid menang siapa? dengan pertanyaan L.A Lakers melawan Memphis Grizzlies, menang mana?
Jawabannya sederhana, ketika Anda menjawab soal bola, itu artinya Anda sedang berspekulasi—karena yang dipertimbangkan adalah faktor kemungkinan. Tetapi ketika Anda menjawab soal basket, tentu saja Anda sedang berjudi—karena yang dipertaruhkan adalah ketidaktahuan (ikutan-ikutan yang tidak mengerti ilmunya). Sampai disini sudah paham?
Melihat Peluang dari Tradisi yang Sudah Berjalan
Usaha itu, setidaknya terbagi dari 3 kelompok (kebetulan saya mengarang saja). Hehe…
- Usaha Kebutuhan
Apa yang dimaksud usaha kebutuhan? usaha kebutuhan, merupakan suatu usaha yang memang dibuat atas dasar kebutuhan manusia itu sendiri. Contohnya, setiap hari kita butuh makan, minum, komunikasi, transportasi dsb.Maka dari itu, jika ada seorang pengusaha penjual beras, air mineral, penjual pulsa, rental mobil dan bensin atau minyak, sangat kecil sekali kemungkinannya untuk gagal. Mengapa? jawabannya sederhana, karena itu kebutuhan kita, rutinitas kita sehari-hari. - Usaha Musiman
Apa yang dimaksud usaha musiman? usaha musiman, merupakan suatu usaha yang datang jika tepat pada waktunya atau memang sudah musimnya. Sebagai contoh, penjual buah-buahan, penjual petasan, terompet, perlengkapan ibadah, penjual kolak/takjil, ikan cupang, tanaman dsb.Dari sini, pada akhirnya kita sudah sadar, jika memang sudah tidak musimnya, usaha tersebut akan ditinggal/dikurangi pasokannya, dan dilakukan secara serentak oleh orang-orang.
- Usaha Ikut-ikutan
Seperti yang sudah saya bahas diatas. Usaha jenis seperti ini, lebih kearah perjudian dan cenderung tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya hanya untuk market leader (pemimpin pasar) atau orang-orang yang memang memiliki inovasi sejak awal.Kalau yang saya perhatikan, merk semisal Kopi Kenangan dan Chatime, merupakan salah satu dari sekian merk yang berhasil di ‘perjudian’. Kopi, sedari dulu sudah ada. Sementara minuman ala-ala topping, juga sudah lama ada, Pop ice contohnya. Tapi mengapa mereka berdua bisa terus maju?
Kesimpulannya, entah Anda sendiri belum atau sudah memiliki modal, yang paling utama adalah coba buka usaha yang memang berdasarkan hobi Anda. Jika tidak bisa, coba yang hampir mendekati hobi Anda. Yang kedua, jika dirasa memungkinkan, tidak ada salahnya membuka usaha musiman—dan yang terakhir, jika ingin ikut-ikutan, cobalah berinovasi, bukan sekedar kreatif.
Inovasi itu, melakukan hal yang sudah ada, namun dengan cara yang berbeda. Sementara kreatif, melakukan hal yang sudah ada, namun jika dilihat, tidak ada perbedaannya. 🙂
Butuh patokan? coba lihat sejarah perusahaan Google, Apple, Gojek, Tokopedia, Xiaomi, Indomaret dan Alfamart. Semoga membantu.