Bicara soal teknologi, rasanya akan terasa aneh jika tidak ada yang namanya pembaruan. Hal ini, berlaku juga dengan teknologi seluler. Bagi kalian yang merupakan tech savvy alias penggemar teknologi, mungkin sudah tidak asing lagi dengan jaringan 5G yang mana beritanya sudah tersebar dimedia massa. Namun yang perlu diketahui juga, sebelum muncul jaringan 5G, ada sebuah perjalanan waktu yang menceritakan bagaimana awal mula jaringan 1G sampai 5G terbentuk.
Mengapa Memiliki Akhiran Huruf “G” disetiap nama Jaringan?
Secara singkat, huruf G merujuk pada kata “Generation” atau generasi. Yang mana dalam hal ini, setiap generasi memiliki standar jaringan tertentu yang disesuaikan dengan standar jaringan telepon dan sistem telepon seluler pada saat itu.
Sekedar catatan juga, 5G sendiri sebenarnya sudah dibuat secara komersial dibeberapa negara di kawasan Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur. Bagaimana dengan Indonesia? Beruntungnya Indonesia juga sudah melakukan ujicoba dengan beberapa operator seperti TELKOMSEL dan XL yang mana memiliki laporan yang cukup menggembirakan. Kala itu, dengan menggunakan ponsel Oppo Reno 5G, uji coba ini dilakukan dengan mengukur kecepatan download/upload melalui aplikasi Speedtest dari Ookla.
Lantas, berapa kecepatan internet 5G yang mampu ditembus Telkomsel?
Pengujian Speedtest yang dilakukan KompasTekno menunjukkan kecepatan download mencapai 887 Mbps dengan kecepatan upload mencapai 81 Mbps. Sementara angka latensi yang diperoleh juga cukup rendah yakni hanya 11 ms. Bahkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada akhir 2020 menegaskan bahwa Indonesia akan siap mengadopsi teknologi 5G pada tahun 2021.
Bagaimana dengan jaringan 5G XL? uji coba yang menggunakan teknologi baru Dynamic Spectrum Sharing (DSS), nyatanya tidak memuaskan, meski secara teori masih terlalu awal untuk menilai secara keseluruhan.
Jaringan 1G
1G merupakan generasi pertama atau generasi awal bagaimana teknologi telepon seluler terbentuk. Teknologi jaringan ini pertama kali diluncurkan oleh Nippon Telegraph dan Telephone pada tahun 1979 silam. Setelahnya pada tahun 1984, jaringan ini menyelimuti seluruh wilayah Jepang dan menjadikannya sebagai negara pertama yang memiliki jaringan 1G secara nasional.
Secara teknis, 1G beroperasi dengan menggunakan sistem analog yang umumnya dikenal dengan AMPS (Advanced Mobile Phone Service), yang hanya memiliki kecepatan maksimum 2,4 Kbps. Selain itu, 1G hanya dapat dipakai untuk melakukan panggilan telepon, itu pun dengan kualitas yang buruk, boros baterai, dan tidak terenkripsi. Sehingga, percakapan pun dapat disadap dengan menggunakan pemindai radio.
Di Indonesia, teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984, yakni kerjasama antara PT Telkom dengan PT Rajasa Hazanah perkasa dengan menggunakan teknologi NMT (Nordic Mobile Telephone) pada frekuensi 450 MHz.
Jaringan 2G
Jika 1G menggunakan jaringan analog, maka di 2G sudah menggunakan jaringan digital. Teknologi ini dikomersialkan di Finlandia untuk pertama kalinya oleh Radiolinja pada tahun 1991 dengan implementasi teknologi GSM (Global System for Mobile Communications) berbasis teknologi TDMA (Time Division Multiple Access).
Saat itu 2G menyuguhkan pengalaman baru dalam hal berkomunikasi. Apabila 1G hanya dapat melakukan panggilan telepon, maka di 2G terdapat beberapa kelebihan lainnya, yakni bisa bertukar pesan teks (SMS), pesan bergambar (MMS) dengan suara panggilan yang lebih jernih. Bahkan, dalam perkembangannya 2G pun kemudian berevolusi menjadi 2,5G dengan GPRS (General Packet Radio Service) dan 2,75G dengan EDGE (Enhanced Data rates for Global Evolution), dimana kecepatan maksimal mencapai 473 Kbps.
Akhirnya, pada tahun 1993 Indonesia menerapkan jaringan tersebut dan dengan ditandainya proyek percontohan seluler digital dengan standar GSM oleh Telkomsel (kala itu bernama Telkomsel GSM) di Pulau Batam. Baru setelah itu PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) menjadi operator GSM pertama yang menggunakan kartu SIM di tahun 1994, disusul oleh Telkomsel pada 1995, dan PT Excelcomindo Pratama di tahun 1996.
Jaringan 3G
Pada tahun 2001, operator asal Jepang NTT DoCoMo pertama kali menghadirkan teknologi tersebut. Kehadiran 3G merupakan sebuah solusi akan kebutuhan internet yang meningkat pada masa itu, dengan menggunakan standar UMTS (Universal Mobile Telecommunications System). Tak heran, berkat perubahan yang signifikan, teknologi ini sanggup membawa kecepatan data dengan lebih cepat, yakni mencapai 2 Mbps.
Hadirnya 3G dimasyarakat, semakin merubah perilaku aktivitas diseluruh dunia. Layanan internet seperti browsing, berkirim email sampai streaming musik rasanya sudah menjadi tren kala itu. Di era ini, smartphone Blackberry dan Apple juga merupakan smartphone favorit yang dipilih para pengguna telepon genggam Indonesia.
Ditahun 2005, Telkomsel berhasil melakukan uji coba 3G yang berbasis teknologi W-CDMA (Wideband-code Division Multiple Access) di Jakarta yang kemudian dilanjutkan di beberapa wilayah, seperti Surabaya dan Batam. Setelah uji coba sukses dilakukan, pada tahun 2006 Telkomsel menjadi operator pertama yang menggelar jaringan 3G secara komersial.
Jaringan 4G
2014 hingga sekarang, nyatanya kebutuhan masyarakat dalam hal hiburan sudah berubah lagi. Jika dulu banyak masyarakat lebih suka membaca, saat ini mereka lebih suka sebuah informasi ditawarkan lewat video. Apalagi, semenjak penggunaan aplikasi Youtube semakin populer dimasyarakat, hal inipun berpengaruh juga dengan besaran (paket) data yang digunakan.
4G pertama kali diluncurkan secara komersial di Stockholm, Swedia dan Oslo, Norwegia pada tahun 2009 dengan menggunakan standar LTE (Long Term Evolution) berbasis teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Di era ini, 4G bisa dibilang sebagai lahirnya industri konten kreatif. Dengan kecepatan LTE hingga 100 Mbps pada awal peluncuran dan berevolusi menjadi LTE-Advanced yang sanggup melontarkan kecepatan 1 Gbps, 4G pada akhirnya mampu melayani aktivitas streaming video berkualitas HD, game online tanpa lag dan waktu upload dan download yang lebih singkat—termasuk ping dan jitter yang semakin rendah.
Tak hanya itu, 4G pun membuat proses komunikasi jadi lebih lancar dengan video conference, serta memunculkan lebih banyak startup digital. Di Indonesia, teknologi 4G LTE pertama kali diuji coba oleh Telkomsel pada tahun 2013 yang berlokasi di Pulau Bali. Setelahnya, pada tahun 2014 resmi dikomersialkan dan menjadi operator seluler pertama yang mengoperasikan jaringan mobile 4G LTE di Indonesia.
Jaringan 5G
5G saat ini sudah diluncurkan secara komersial di beberapa negara, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, China, Turki, dan beberapa negara di Eropa lainnya. Kabarnya, teknologi 5G bisa diterapkan untuk mobil pintar juga, sehingga pemilik mobil tidak membutuhkan supir lagi alias autopilot yang bisa diatur sebelumnya.
Sebagaimana halnya teknologi jaringan penerus, sudah pasti 5G memiliki kemampuan yang lebih canggih dari 4G, antara lain secara teori mampu menembus kecepatan 20 Gbps dengan latency 10 kali lebih rendah (1ms) dan jumlah connection density 10 kali lebih banyak dari 4G (1 juta devices/km2), sehingga penggunaannya tidak sebatas aktivitas streaming saja, melainkan sensasi yang belum pernah kita jamah sebelumnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Rumor yang beredar, teknologi ini mungkin akan lebih maksimal jika diterapkan pada tahun 2024-2025, terlebih untuk apa ada jaringannya sementara banyak perangkatnya yang belum sanggup menerima teknologi tersebut.